TIONGHOA MEDAN oleh Mariana Makmur

Buku ini membahas formasi (pembentukan) identitas kultural Tionghoa Medan Masa Orde Baru dan Reformasi. Pemerintahan Orde Baru menerapkan berbagai kebijakan dan memainkan peran penting dalam membangun identitas kultural orang Tionghoa. Kebijakan asimilasi diterapkan sebagai solusi terhadap masalah Tionghoa yaitu dengan menghapus dan membongkar pilar-pilar identitas etnis Tionghoa. Kebijakan negara ini tertuang dalam Inpres No. 14/1967, tanggal 6 Desember 1967, dan Surat Keputusan Presidium Kabinet No. 127/U/Kep/12/1966. Kebijakan tersebut melarang orang-orang Tionghoa di Indonesia mengekspresikan di hadapan publik berbagai hal berkaitan dengan aktivitas kultural Tionghoa, seperti melaksanakan kegiatan agama, kepercayaan, dan adat istiadat Tionghoa, serta menghimbau agar mengganti nama perorangan dan nama keluarga Tionghoa dengan nama Indonesia.
Setelah peristiwa Mei 1998 dan runtuhnya rezim Orde Baru, perlakuan negara terhadap orang Tionghoa berubah, dengan terbitnya berbagai kebijakan pemerintah yang memberikan pengakuan terhadap status orang Tionghoa. Era Reformasi memberikan kebebasan berekspresi terhadap berbagai aspek identitas etnis dan kultural yang sebelumnya dilarang. Keppres no.6 tahun 2000, dikeluarkan untuk mencabut Inpres No. 14/1967, sehingga orang Tionghoa dapat dengan bebas menampilkan identitas kulturalnya, yang sebelumnya harus disembunyikan, dan atau dihilangkan di hadapan publik.
Identitas kultural yang diekspresikan tersebut menggambarkan bahwa kultural Tionghoa Indonesia adalah bagian yang tidak terpisahkan dari budaya masyarakat lainnya dan merupakan bagian dari keragaman etnik yang memperkaya budaya di Indonesia sebagai bagian dari masyarakat yang multi-etnik.
Temuan lapangan menunjukkan identitas kultural orang Tionghoa di Medan terlihat menguat dalam sejumlah aspek pada era Reformasi. Dengan perspektif psikokultural yang dikemukakan de Vos dan Romanucci-Ross (2006), ditemukan bagaimana masyarakat Tionghoa Medan, mempertahankan dan melestarikan identitas primordialnya. Bagaimana identitas etnis memengaruhi perilaku setiap warga masyarakat, dengan melihat adanya perasaan subjektif yang berkaitan dengan kepemilikan kelompok.
Selamat kepada Ibu Dr. Mariana Makmur, MA. atas penerbitan buku Tionghoa Medan. FKAI cukup bangga bekerjasama dengan menerbitkan hasil penelitian desertasi beliau di Universitas Sumatera Utara.
Kami akan menginformasikan kembali mengenai distribusi buku ini. Sementara ini silakan hubungi kami untuk informasi terbaru di info@fkai.org
You might also like
Video Koentjaraningrat Memorial Lectures XVII/2020
Silakan juga simak video secara langsung di tautan YouTube ini https://www.youtube.com/watch?v=k7u2EyPQGfs&t=6331s atau di Halaman Facebook FKAI: https://fb.watch/13lrhkYhTU/
PERAN INDONESIA DAN ANTISIPASI KULTURAL DALAM PERUBAHAN IKLIM GLOBAL
Dr. Nurmala Kartini Pandjaitan Sjahrir atau lebih dikenal Dr. Kartini Sjahrir, adalah Penasihat Senior Bidang Perubahan Iklim di Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Republik Indonesia. Ia juga representasi Indonesia
Eskatologi Sebagai Kritik Kebudayaan
Melihat kehidupan bersama, kehidupan sosial dan politis serta segala yang berdiri di atasnya, melihat peradaban itu sendiri, dari sudut pandang linear-progresif yang selama ini didikte oleh modernitas, dengan seketika berbalik


0 Comments
No Comments Yet!
You can be first to comment this post!