Kain Tenun Sebagai Bahan Dekorasi atau Perlengkapan Rumah.
Kain Tenun Sebagai Bahan Dekorasi atau Perlengkapan Rumah.
oleh : Purwadi Soeriadiredja
Kain tenun tradisional Sumba sebagai warisan budaya ternyata mempunyai kemampuan adaptif menghadapi perubahan. Hal itulah yang menyebabkan produk kebudayaan material masyarakat Sumba ini masih tetap bertahan dan berkembang. Berbagai upaya efisiensi produksi dilakukan guna mengejar tuntutan permintaan pasar eksternal. Hal itu mengakibatkan terjadi perubahan signifikan tidak saja pada segi formal estetis corak desain motif, tapi juga segi teknis dan fungsinya.
Perubahan pada corak tampak adanya tindakan reduktif seperti pengurangan bahkan penghilangan detail, perbesaran motif, atau perenggangan jarak antar motif. Penyederhanaan motif dan warna serta pengurangan komponen motif semakin lazim dilakukan. Perubahan ini bersifat subtansial, yaitu penyimpangan secara menyeluruh dari standar-standar adati (tradisional). Hal ini terkait dengan fungsi baru yang dimanfaatkan sebagai elemen dekorasi ruangan (Anas, 2006:6-9). Perubahan fungsi yang sebelumnya digunakan untuk keperluan adat yang sakral spiritual, kini digunakan pula untuk hiasan dekoratif yang sekuler berdasarkan pesanan. Misalnya dalam penggunaan motif habaku dan patola ratu. Dahulu kedua motif itu hanya boleh dibuat oleh para ratu atau marimba saja dalam kesempatan tertentu. Kini kedua motif itu oleh siapa pun dan pada saat kapan pun digunakan tanpa keraguan.
Adapun perubahan secara teknis tampak dalam penggunaan warna yang semula memakai zat pewarna alami yang dibuat sendiri, kini menggunakan zat pewarna sintetis yang dibeli di toko. Demikian pula penggunaan benang pintal, semula menggunakan benang pintal tangan, kini benang pintal mesin. Sebelumnya hanya kaum perempuan saja yang membuat kain tenun, kini kaum pria pun turut berpartisipasi untuk menambah penghasilan.
Tulisan ini pernah dipaparkan pada diskusi dalam rangkain kegiatan Tenun Ikat Sumba: Warisan Budaya Yang Menembus Zaman, Kamis, 17 Oktober 2013, Museum Tekstil Jakarta.
You might also like
Kain Tenun Ikat Sumba Sebagai Tanda Hubungan Kekeluargaan
Kain Tenun Ikat Sumba Sebagai Tanda Hubungan Kekeluargaan oleh : Purwadi Soeriadiredja Menurut pandangan masyarakat Sumba, hidup berkerabat atau payiara-palayiangu merupakan ngia parengga la handuka (tujuan tercepat dalam susah), artinya
Kain Tenun Ikat Sumba Sebagai Harta Benda dan Lambang Status
Kain Tenun Ikat Sumba Sebagai Harta Benda dan Lambang Status oleh : Purwadi Soeriadiredja Masyarakat Sumba menilai kain-kain selimut dan sarung sama dengan benda-benda yang terbuat dari emas dan perak
PENGARUH KEBUDAYAAN PERANAKAN PADA CORAK HIAS BATIK PESISIRAN
PENGARUH KEBUDAYAAN PERANAKAN PADA CORAK HIAS BATIK PESISIRAN Oleh: Notty J Mahdi Forum Kajian Antropologi Indonesia Museum Tekstil, 21 Maret 2017 Batik Pesisiran adalah batik yang dihasilkan di daerah pesisir
0 Comments
No Comments Yet!
You can be first to comment this post!