Warisan Budaya dan Kearifan Orang Mentawai
“ARAT SABULUNGAN”
(ADAT DEDAUNAN)
Warisan Budaya dan Kearifan Orang Mentawai
Suku bangsa Mentawai merupakan salah satu dari lebih 300 suku bangsa yang hidup di Indonesia atau Kepulauan Nusantara. Orang Mentawai adalah penduduk asli dari kepulauan Mentawai di lepas pantai Sumatera Barat. Menurut para antropolog, dilihat dari ciri-ciri fisiknya, orang Mentawai masuk dalam ras Melayu Polinesia; ada pula yang memasukkan sebagian suku bangsa Mentawai dalam kategori ras Proto-Melayu dan sebagian lagi ke dalam ras Deutro-Melayu.
Di awal masa kemerdekaan, pemerintah memasukkan orang Mentawai dalam kategori masyarakat terasing, yang membuat banyak di antara mereka dipindahkan dari permukiman-permukiman mereka yang terpencil melalui program Pemukiman Kembali Masyarakat Terasing (PKMT). Belakangan, pemindahan penduduk juga dilakukan demi menjaga kelestarian kawasan taman nasional yang terdapat di Pulau Siberut, pulau terbesar dalam gususan kepulauan Mentawai.
Dibanding dengan suku bangsa Minangkabau yang menghuni daratan Sumatera Barat yang kebudayaanya sudah jaug lebih berkembang, kebudayaan Mentawai dapat dikatakan ‘primitif’. Mereka sudah mengenal tradisi bertani dan bercocok tanam, namun belum mengenal sistem persawahan. Kecuali mendapatkan protein dari hewan-hewan liar yang diburu dari alam, orang Mentawai juga mendapatkannya dari babi dan ayam yang mereka pelihara.
Kekunoan yang eksotik dari kebudayaan Mentawai sudah menarik perhatian orang-orang asing yang datang ke sana pada abad ke-18. Mereka heran melihat bahwa penampilan orang Mentawai lebih mirip dengan penduduk Hawaii, Tahiti, dan kepulauan-kepulauan lain di Polinesia dibanding orang Sumatera atau Jawa. Sampai-sampai muncul dugaan, suku bangsa Mentawai sesungguhnya sebuah kelompok pecahan yang juga berasal dari kawasan Samudera Pasifik.
Sejauh ini, orang dan kebudayaan Mentawai boleh dikata sama sekali tidak dikenal oleh saudara-saudara mereka di berbagai daerah lain di Indonesia. Di luar Kepulauan Mentawai, hampir tidak pernah ada pertunjukan atau acara lain yang menampilkan aspek-aspek tertentu dari kebudayaan Mentawai. Gambaran tentang kehidupan dan kebudayaan Orang Mentawai juga jarang sekali muncul dalam bentuk tulisan atau film di media cetak maupun elektronik.
ARAT SABULUNGAN
Arat Sabulungan adalah sistem religi asli Orang Mentawai, yang intinya berisi ajaran tentang cara hidup yang selaras dengan semesta: dengan alam, sesama manusia, dan berngai mahluk lain, baik yang hidup di dunia nyata mapun di alam gaib. Arat Sabulungan atau Adat Dedaunan adalah wujud dari pemahaman orang Mentawai akan hutan beserta isinya. Menurut ajaran kepercayaan ini setiap daun mempunyai sifat yang menghantarkan manusia kepada keseimbangan hidup. Setiap helai daun diyakini merupakan tempat hidup mahluk halus yang memberi sifat pada daun tersebut. Mahluk supranatural ini mengarahkan kehidupan manuju kondisi yang sesuai dengan sifat dedaunan tersebut.
Bagi orang Mentawai, masing-masing daun memiliki sifat sendiri-sendiri, yang secara umum terbagi dalam dua kategori besar: sifat negatif yang merugikan kehidupan manusia dan sifat positif yang menguntungkan kehidupan manusia. Dedaunan digunakan untuk berbagai tujuan, untuk memanggil roh leluhur, sebagai sarana mencapai keseimbangan kehidupan, sebagai obat untuk menyembuhkan penyakit, dan sebagai sarana mencari keselamatan.
Dedaunan juga merupakan salah satu komponen penting dalam pelaksanaan upacara untuk mencapai kesejahteraan manusia. Menurut keyakinan tradisional Mentawai, Segala keinginan manusia harus selaras dengan mahluk-mahluk supernatural, dan ini dapat diselaraskan dengan sifat dedaunan. Kehidupan Orang Mentawai dipolakan oleh sifat dan perlakuan terhadap daun, dan menjadi sebuah adat, adat dedaunan.
Referensi: Buku “Hidupku Bersama Suku Sakuddei” karya Prof Dr Reimar Schefold, Penerbit Buku Kompas 2014
You might also like
UMA: Rumah Adat Sumba
UMA: Rumah Adat Sumba Rumah di Sumba disebut uma, merupakan tempat tinggal keluarga yang dihuni oleh satu keluarga batih atau lebih. Salah satu tiang uma merupakan tiang pokok yang berfungsi
Kampung Tionghoa Pertama di Jakarta
Kampung Tionghoa Pertama di Jakarta Dijumpai ketika armada VOC pertama kali singgah di bandar Jayakarta, 13 November 1596, terletak di sisi timur kali Ciliwung. Kepala kampung disebut Nakhoda Watting, Komunitas
PEMIMPIN NASIONAL: KECERDASAN DAN TAWAQAL
PEMIMPIN NASIONAL: KECERDASAN DAN TAWAQAL Oleh: S. Budhisantoso Pusat Studi Sumberdaya Manusia dan Lingkungan Hidup UI Dalam pengembangan kepemimpinannya, Pangeran Diponegoro senantiasa mengutamakan kecerdasan daripada emosi dan kepentingan pribadinya. Boleh
0 Comments
No Comments Yet!
You can be first to comment this post!