KOENTJARANINGRAT MEMORIAL LECTURES XVII/2020: Menerawang Peradaban dan Kemanusiaan Pasca Pandemi Covid-19

Pandemi bukan baru. Covid-19 adalah wabah besar ke-16 yang tercatat dalam sejarah. Berkaca pada masa lalu, pada tahun 430 SM atau 2.430 tahun silam, terjadi wabah di Athena yang memusnahkan 25 persen penduduknya. Wabah-wabah berikut kemudian datang mengikuti perkembangan peradaban. Ketika dunia makin terkoneksi karena perdagangan, skala wabah yang ditularkan semakin besar. Pada awal abad ke-14,  kutu tikus yang bersembunyi di gudang-gudang dan lorong di Cina menjadi penumpang gelap dan menyebar luas. Black Plague atau bubonic (sampar) membunuh setidaknya 200 juta manusia dalam kurun 7 tahun di abad pertengahan. Penyebarannya mulai dari Asia Timur kemudian lewat jalur sutra menembus Eropa melalui perdagangan darat. Transportasi air pun menyebarkan wabah besar. Flu Spanyol (virus H1N1) pada selama 3 tahun membunuh sekurangnya 17 sampai 50 juta orang yang menyebar melalui transportasi air lewat kapal-kapal perang selama Perang Dunia I. Manusia memang mencatatnya. Pengetahuan kedokteran mengenai karantina dan vaksinasi memang menyelamatkan, namun kewaspadaan terhadap serangan patogen dalam bentuk jasad renik tidak pernah benar-benar terbentuk.  Kita tidak pernah mengingat wabah sebagai tanda bahaya dalam kebudayaan modern kita untuk selalu berhati-hati di masa depan.

Peradaban tidak pernah benar-benar siap untuk sebuah pandemi. Peradaban, kehidupan kenegaraan dan kebangsaan di seluruh dunia memang berfokus produktivitas ekonomi ke depan dengan membangun industri dan teknologi untuk mempercepat pertumbuhan dan kemajuan. Ketika pada awal Maret 2020 Covid-19 menyebar dengan cepat, kita tersadar bahwa kecanggihan sistem medis, pertahanan, perbankan, dan transportasi ternyata kolaps. Lalu tiap negara mengembangkan protokol masing-masing dengan terburu-buru dan terbelah antara dilema menyelamatkan ekonomi, manusia, atau keduanya.

Tahun lalu topik Koentjaraningrat Memorial Lectures membahas krisis iklim sebagai realita yang akan dihadapi sebagai konsekuensi kapitalisme global yaitu krisis nilai, moral, dan persepsi tentang kemanusiaan di planet bumi. Kini kita belajar bahwa serangan-serangan dampak kapitalisme dapat hadir tak terduga. Gagap dalam menghadapi pandemi adalah cerminan dari krisis yang sama. Krisis yang terjadi ketika manusia yang membuat peradaban tidak pernah siap atas konsekuensi-konsekuensinya. Sehingga kita perlu bertanya sebagai sebuah penerawangan. Apa yang akan terjadi di masa depan pasca pandemi? Apakah distrust kepada populisme politik akan semakin besar di mana-mana, apakah optimisme lewat produktivitas ekonomi cukup untuk menjamin keselamatan generasi mendatang? Apakah kebenaran sains mendapatkan tempat layak dalam riuh rendahnya pergesekan nilai politik dan agama ketika merespons sebuah kondisi suram apokaliptik?

Tahun ini Koentjaraningrat Memorial Lectures akan kembali membicarakan krisis peradaban. Antropologi membahas melalui perspektif kultural bukan untuk mencari kiat-kiat kehidupan aman yang dislogankan sebagai “normalitas baru”, tetapi mengajak sidang pendengar untuk memahami dan membaca tanda-tanda zaman yang sedang terjadi dalam akhir peradaban kita agar dapat bersikap antisipatif. Dalam kewaspadaan menghadapi bayi-bayi wabah di masa datang, kritik kebudayaan dan sikap apa yang masih dapat dipilih untuk menyelamatkan bumi dan kemanusiaan kita?

Waktu:

  • Hari: Rabu, 30 September 2020
  • Jam: 14.00 – 16:00 WIB
  • Platform : Webinar Zoom
  • Pendaftaran: http://bit.ly/daftarKML
  • Info: fkai.org, 08129484957

Pembicara:

  • Muhammad Al-Fayyadl, M.Phil., Penulis Filsafat, Pondok Pesantren Nurul Jadid, Probolinggo

“Eskatologi sebagai Kritik Kebudayaan”

  • Imam Ardhianto, PhD., Departemen Antropologi FISIP UI, Ketua Unit Kajian Antropologi, LPPSP, FISIP UI

“Membangun Kehidupan dari Reruntuhan: Nilai Ekonomi, Kemanusiaan dan Pertalian Sosial di Tengah Pandemi”

  • Iwan Meulia Pirous, MA., Forum Kajian Antropologi Indonesia (Diskusan, Moderator)
Previous KONSEP KULTUR DALAM ANTROPOLOGI
Next Pendaftaran Koentjaraningrat Memorial Lectures XVII/2020

You might also like

Agenda

PROGRAM BOOK: Koentjaraningrat Memorial Lectures XIII/2017

DOWNLOAD PROGRAM BOOK Sejak akhir tahun 2016 lalu dinamika sosial di Tanah Air berkembang ke arah yang belum pernah terbayangkan sebelumnya. Muncul ke permukaan sebuah gerakan sosial-politik yang, akibat pembiaran,

Agenda

Koentjaraningrat Memorial Lectures XV/2018: INTEGRASI NASIONAL DAN ANCAMAN YANG DIHADAPI

Sejak awal kemerdekaan, Indonesia sudah sering menghadapi berbagai ancaman disintegrasi. Merespon kenyataan sejarah ini, Prof. Koentjaraningrat, guru besar pertama antropologi Indonesia, memandang penting hadirnya integrasi nasional dalam proses yang terus

Agenda

Gerakan Antropolog Untuk Indonesia Yang Bineka dan Inklusif

GERAKAN ANTROPOLOG UNTUK INDONESIA YANG BINEKA DAN INKLUSIF Pernyataan Sikap dan Seruan DARURAT KEINDONESIAAN! LATAR Dinamika sosial-politik di Tanah Air akhir-akhir ini diwarnai tindak kekerasan oleh kelompok-kelompok masyarakat yang memaksakan

0 Comments

No Comments Yet!

You can be first to comment this post!

Leave a Reply