Pameran Pengaruh Kebudayaan Peranakan Pada Corak Hias Batik Pesisiran
RILISAN PERS
PENGARUH KEBUDAYAAN PERANAKAN PADA CORAK HIAS BATIK PESISIRAN
21 Maret – 9 April 2017
Museum Tekstil
Jl. Aipda KS Tubun No. 2-4, Petamburan, Palmerah, Jakarta Barat
Bangsa Indonesia secara kultural memiliki hubungan yang kental bangsa Tiongkok atau China. Hal ini disebabkan oleh adanya hubungan di antara keduanya yang berlangsung sangat lama, sejak zaman Kekaisaran Tiongkok dan dinasti raja-raja Nusantara pada awal tarikh Masehi. Seiring dengan kedatangan para perantau Tionghoa di berbagai daerah pesisir Nusantara, terjadi pula perkawinan campuran sehingga lahir kaum (China) Peranakan. Proses asimilasi yang telah berlangsung selama beberapa generasi, kaum Peranakan kemudian mengembangkan pula kebudayaannya sendiri, kebudayaan campuran Tionghoa-Indonesia yang unik, yang antara lain tercermin pada gaya arsitektur rumah, pakaian, kesenian dan berbagai adat kebiasaan Tionghoa yang sudah bercampur dengan kebudayaan dan tradisi lokal. Kaum Peranakan sekarang bisa ditemui di berbagai daerah di Indonesia.
Batik Peranakan dikagumi karena kualitasnya yang tinggi, kekayaan warna, serta tingginya nilai estetik dari setiap ragam hiasnya. Banyak dari ragam hias itu memiliki makna simbolis yang berasal dari sistem kepercayaan Tionghoa, yang merupakan kombinasi dari Taoisme, Konfusianisme, dan Buddhisme. Corak hias bermakna simbolis itu termasuk yang betupa gambar burung bangau, teratai, ikan, burung merak, dan naga sebagai ragam hias yang utama. Di samping itu ada pula corak hias geometris serta bunga-bunga kecil. Sejumlah corak hias tersebut menggambarkan filosofi kehidupan masyarakat peranakan.
Pameran ini akan menampilkan berbagai koleksi Batik Peranakan dengan berbagai corak hias. Pameran batik akan didukung oleh foto-foto yang menggambarkan masyarakat dan batik peranakan di kehidupan sehari-hari. Selain itu, untuk mendukung rangkaian acara, kami akan melaksanakan dua kegiatan bincang batik. Pameran ini diselenggarakan oleh Forum Kajian Antropologi Indonesia yang bekerjasama dengan Museum Tekstil dan Yayasan Batik Indonesia. Pembukaan akan dilakukan pada Selasa 21 Maret 2017.
Agenda Selasa, 21 Maret 2017
Pembukaan, 10:00 WIB
Bincang Batik, 11:00 – 12:00
“Pengaruh Kebudayaan Peranakan Dalam Corak Hias Batik Pesisiran”
oleh Notty J Mahdi, Forum Kajian Antropologi Indonesia
Agenda Sabtu, 25 Maret 2017
Bincang Batik, 10:00 – 12:00
“Pengaruh Kebudayaan Tionghoa Pada Ragam Hias Batik Indramayu”
Oleh Nita Trismaya M.Ds
Informasi: Bintang 08129484957, Sipin: 081314399644
Didukung oleh
You might also like
DILEMA INTELEKTUAL DI MASA GELAP DEMOKRASI: TAWARAN JALAN KEBUDAYAAN
Berbagai kajian antropologi menunjukkan bahwa disiplin ilmu ini mewarisi kedekatan dengan dunia aktivisme, sesuai dengan kodratnya untuk selalu menyuarakan makna kemanusiaan secara luas dengan menghimpun keragaman suara akar rumput dan
TENUN IKAT SUMBA: WARISAN BUDAYA YANG MENEMBUS ZAMAN
TENUN IKAT SUMBA: WARISAN BUDAYA YANG MENEMBUS ZAMAN Masyarakat penduduk Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur, mengandalkan hidup terutama dari kegiatan bertani atau beternak. Namun, menenun kain adalah mata pencaharian lain yang
DARURAT KEINDONESIAAN
Gerakan Antropolog Untuk Indonesia Yang Bineka dan Inklusif “Berbagai pertanda jelas memperlihatkan nilai-nilai keindonesiaan kita, termasuk semboyan kebangsaan “Bhinneka Tunggal Ika”, terus menerus digerus.” Pengamatan itulah yang memicu hampir 300
0 Comments
No Comments Yet!
You can be first to comment this post!